NIUS.id – Pemilu di Meksiko tahun 2024 telah menjadi salah satu yang paling berdarah dalam sejarah negara tersebut.
Dilansir dari Elpais.com, sejak September 2023, sekitar 30 calon anggota legislatif dan politisi lainnya telah dibunuh, 77 menerima ancaman pembunuhan, dan 11 diculik.
Kekerasan ini terutama dipicu oleh konflik antara kelompok kriminal yang berusaha menguasai wilayah tertentu dan mempengaruhi hasil pemilu.
Salah satu insiden paling tragis terjadi hanya beberapa hari sebelum pemungutan suara ketika Alfredo Cabrera, seorang calon wali kota di negara bagian Guerrero, ditembak mati saat kampanye.
Kasus serupa juga terjadi di Morelos dan Jalisco, di mana calon wali kota lainnya dibunuh atau diserang.
Pemerintah Meksiko telah menempatkan lebih dari 27.000 tentara dan anggota Garda Nasional untuk mengamankan jalannya pemilu.
Namun, langkah ini tampaknya belum cukup untuk menghentikan gelombang kekerasan yang disebabkan oleh persaingan politik dan kekuasaan kriminal.
Kekerasan politik di Meksiko sering kali terkait dengan aktivitas kartel narkoba yang meluncurkan pembunuhan politikus untuk menguasai kepolisian setempat atau memeras pemerintah daerah.
Presiden Meksiko, Andrés Manuel López Obrador, mengakui bahwa kartel sering kali membuat kesepakatan dan memaksakan kandidat pilihan mereka, menciptakan ancaman serius bagi proses demokrasi di negara tersebut.
Pemilu 2024 di Meksiko tidak hanya memilih presiden baru, tetapi juga seluruh anggota kongres, senator, beberapa gubernur negara bagian, dan sekitar 20.000 pejabat lokal.
Kondisi ini menambah kompleksitas dan meningkatkan risiko kekerasan politik, karena perubahan politik sering kali disertai dengan upaya kelompok kriminal untuk menyesuaikan dan mengamankan kepentingan mereka.
Respon (1)