BontangNEWSUTAMA

Hari Kartini Bontang, Di Mana Generasi Selanjutnya?

×

Hari Kartini Bontang, Di Mana Generasi Selanjutnya?

Sebarkan artikel ini
Wakil Ketua DPRD Kota Bontang, Sitti Yara dengan Kebaya Hari Kartini
Wakil Ketua DPRD Kota Bontang, Sitti Yara dengan Kebaya Hari Kartini

NIUS.id – Di tengah semarak peringatan Hari Kartini yang setiap tahun diperingati dengan kebaya, bunga, dan pidato tentang emansipasi, Kota Bontang menyuguhkan sebuah potret yang menarik dan sekaligus menyisakan tanda tanya.

Kota ini kini dipimpin oleh seorang perempuan sebagai Wali Kota, dan hanya satu kursi dari 25 anggota DPRD diisi oleh perempuan, Sitti Yara.

Apakah ini prestasi yang membanggakan? Atau justru cerminan dari krisis regenerasi perempuan dalam politik dan kepemimpinan?

“Kita bersyukur punya Wali Kota perempuan. Tapi sekaligus, saya satu-satunya perempuan di DPRD. Ini kondisi yang jujur harus kita renungkan bersama,” ujar Sitti Yara.

Menurut Yara, kehadiran perempuan di posisi strategis bukan sekadar pelengkap.

“Perempuan itu bukan cadangan. Kita punya intuisi, empati, dan ketegasan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan-keputusan penting,” tegasnya.

Wali Kota perempuan dan satu anggota DPRD perempuan memang tampak simbolis, menunjukkan bahwa pintu untuk perempuan sudah terbuka.

Tapi angka ini juga menunjukkan pertanda minimnya generasi perempuan belum banyak di ruang publik dan politik.

“Bukan karena perempuan tidak mampu. Tapi karena lingkungan, dukungan, dan ruang untuk tumbuh belum sepenuhnya tersedia,” kata Yara.

“Kita butuh lebih banyak ruang yang aman dan suportif bagi perempuan muda untuk belajar, bersuara, dan memimpin,” tambahnya.

Yara berharap momen Hari Kartini tidak hanya menjadi seremoni tahunan, tetapi jadi momentum membangkitkan kesadaran kolektif.

Terutama bagi generasi muda perempuan di Bontang.

“Saya ingin melihat perempuan muda mulai aktif di organisasi, di kampus, di komunitas. Karena kepemimpinan itu dilatih, bukan tiba-tiba datang,” ucap Yara.

Ia juga mengingatkan, perjuangan Kartini bukan sekadar membuka jalan ke sekolah, tapi membuka pintu bagi perempuan untuk bermimpi besar dan mengambil peran nyata dalam pembangunan.

“Kalau sekarang Bontang hanya punya satu Kartini di parlemen, maka di tahun-tahun mendatang, harus ada sepuluh, dua puluh, bahkan separuh kursi diisi perempuan. Karena perubahan tidak datang dari satu orang. Tapi dari semangat bersama,” pungkasnya.

Laporan Wartawan NIUS.id, Zuajie

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *